HUT ke 16 Kota Bontang


HUT Kota Bontang diselenggarakan dengan sangat meriah dari tahun ke tahun. Tentunya setiap momen HUT Kota Bontang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Berbagai even hadir mengisi kemeriahan hari jadi Kota Bontang yang ke-16. Salah satunya adalah Bontang Expo, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bontang di Lapangan Lang - lang. Ini adalah even yang ke-5 sejak pertama kali diselenggarakan di tahun 2011.

Penyelenggaraan Expo diketuai oleh Fahrudin Ismail, SE selaku pihak ke-tiga yang bekerjasama dengan BPPM dan Disbudpar dengan mengangkat tema “Pelangi Budaya Nusantara”. Pembukaan Expo ini berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2015 , dibuka secara langsung oleh Adi Darma dan Isro Umarghani selaku Walikota dan Wakil Walikota Bontang.

Dari 34 undangan yang disebar ke berbagai provinsi di Indonesia, beberapa diantaranya turut hadir memeriahkan Expo HUT Kota Bontang ke-16, antara lain BPTP Jakarta, Perpustakaan Provinsi, PTIK Balikpapan dan PT.KIE. Turut serta dalam expo kali ini PT.Badak, Kantor Pajak Pratama, PT. Pupuk Kaltim dan berbagai organisasi/perusahaan lainnya.

Dari segi keamanan, pihak panitia bekerjasama dengan Polres Bontang yang terdiri dari 6 orang petugas untuk berjaga pada siang hari dan 12 orang petugas berjaga malam hari. Disamping itu, untuk memaksimalkan layanan keamanan setiap peserta wajib membuat daftar inventarisasi barang berharga yang ada di stand. Dengan demikian saat petugas berjaga, mereka dapat mengecek satu per satu keamanan barang-barang tersebut. untuk keamanan parkiran di koordinir langsung oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bontang.





“Persiapan yang diberikan kepada kami adalah hanya 2 bulan, walaupun cukup kewalahan, namun tim kami tetap solid dan saling back up sehingga mampu menangani setiap kesulitan yang ada dan mensukseskan pembukaan expo,’’ terang Fahrudin, saat ditemui (15/8).

“Kami dari pihak panitia juga mengadakan penilaian pada tiap stand dan menyiapkan penghargaan bagi stand terbaik. Khusus tahun ini, panitia memberi penilaian dan penghargaan khusus bagi stand terbaik tingkat kecamatan dan kelurahan,’’ tambahnya.

Tedapat 92 stand yang disediakan panitia dan semuanya telah terisi penuh, terdapat juga 30 stand UKM dengan biaya 2.500.000/stand, 156 lapak pedagang kaki lima dan 2 arena bermain anak.

Sumber : Team PPID Kota Bontang | bontangkota.go.id/

Hariyadi, Guide Trip Dive dari Mata Elang : "Sisi Lain Diving, Misi Penyelamatan Bawah Laut"

Hariyadi, Guide Trip Dive dari Mata Elang

TIDAK hanya menikmati alam bawah laut, aktivitas diving juga akrab dengan misi melindungi kelestarian biota laut dari kerusakan. Pengeboman massal yang dilakukan oknum tertentu saat mencari ikan berperan tinggi merusak kelangsungan hidup terumbu karang yang sudah tidak alami dan dalam kondisi hancur.

Kehidupan laut terancam ulah manusia. Peran serta pencinta maupun komunitas diving, datang mengampanyekan perlindungan biota untuk menjaga ekosistem laut tetap terjaga dan sehat.

Didukung fasilitas peralatan SCUBA dari Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang, kegiatan penyelamatan bawah laut terus digenjot. Ya, komunitas itu tak hanya menyelam menikmati alam bawah laut tetapi jadi duta perlindungan.

Setiap sebulan sekali, diadakan patroli menyelam di laut Bontang, mengecek kelangsungan hidup berbagai macam jenis terumbu karang dan ikan. “Kami rutin melakukan pengamatan di perairan Bontang. Jika ada kerusakan, kami segara cek-ricek di area sekitar Beras Basah. Beberapa terdapat terumbu karang buatan yang ditanam sebagai ekosistem habitat perikanan karang, mencegah abrasi pantai, dan tujuan wisata,” jelas Hariyadi, guide trip dive dari Mata Elang.

Hariyadi menambahkan, ada sebuah impian membuat kegiatan wisata bahari berkonsep sail seperti kegiatan nasional yang didukung Kementerian Pariwisata. Tujuannya, mengenalkan potensi bawah laut Bontang ke dunia luar. Itu bisa menarik perhatian wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Kota Taman.

“Kami lagi susun rencana konsep kegiatan sail, semoga bisa didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kaltim. Jika terlaksana, otomatis menghidupkan kehidupan potensi wisata Bontang sekaligus merangsang kegiatan pencinta olahraga laut. Tidak hanya diving, bisa juga layar, parasailing, jet ski, snorkeling, ataupun wake board bermain di area Pulau Segajah maupun Pulau Beras Basah,” ungkapnya.

Ke Bontang Gak Lengkap Tanpa Menikmati Segajah-Beras Basah


Wisata Bontang | MUNGKIN wisatawan baru mengenal Pulau Beras Basah sebagai tempat wisata andalan Kota Bontang, Kalimantan Timur. Sejatinya, ada juga Pulau Segajah yang tak kalah eloknya dengan Beras Basah. Beberapa tahun terakhir, Pulau Segajah mulai dikenal dan dimasukkan ”satu paket” dengan Beras Basah. Mau ke Beras Basah, singgah dulu di Segajah.

”Kita menuju Segajah dulu, baru ke Beras Basah. Menjelang tengah hari begini, saat yang pas untuk ke Segajah,” begitu ajakan Zulkarnan, tokoh pemuda yang juga Ketua Karang Taruna di Bontang Kuala, akhir Mei lalu.

Segajah merupakan pulau berpasir yang ”menghilang” saat air laut pasang dan muncul lagi saat air laut surut. Jadi, Segajah hanya bisa dipijak pada pagi hingga sore saat air laut surut.

Perahu kayu bermesin pun menderu membelah perairan Bontang yang merupakan bagian Selat Makassar ini. Cukup 20 menit, Pulau Segajah terlihat. Terhampar seluas lebih kurang 2 hektar dan hanya bervegetasi bakau yang ditanam warga beberapa tahun lalu.

Biru dan jernihnya air langsung menyambut, mengajak untuk merasakan pasir pantainya. Bintang-bintang laut berwarna coklat, hitam, dan kuning tersebar merata. Ada pula teripang yang bentuknya seperti sosis berukuran besar dan berwarna putih kekuningan.

Bintang laut dan teripang ini bisa dipegang, tidak berbahaya. Namun, tetaplah waspada karena perairan Segajah ini juga penuh ”ranjau”, yakni bulu babi yang jumlahnya ratusan. Jangan salah melangkah agar tak tertusuk duri bulu babi.

Jika ingin snorkeling, saatnya mencebur untuk menikmati hamparan terumbu karang di sekitar pulau ini. Terumbu-terumbu berjumlah ribuan yang menjadi ”rumah” bagi ikan-ikan kecil berwarna-warni.

Dinamakan Segajah karena dahulu pulau tersebut jika dilihat dari atas bentuknya mirip punggung gajah. ”Luas Segajah sekarang hanya 2 hektar, itu hanya 10 persen dari luas Segajah dulu, sewaktu saya kecil. Luasnya menyusut, mungkin karena abrasi sehingga bentuk pulau ini sekarang, ya tidak lagi mirip (punggung) gajah,” kata Suriansyah (52), tokoh masyarakat.

Setelah puas di Segajah, kapal motor melanjutkan perjalanan ke Beras Basah yang cukup ditempuh 25-30 menit. Air berwarna biru-kehijauan, deretan pohon kelapa, mercu suar, dan keriuhan wisatawan terlihat. Ada juga banana boat yang hilir mudik mengelilingi pulau.

Nama beras basah konon berasal dari beras muatan kapal milik Kesultanan Kutai yang tumpah saat perahu karam. Beras yang tumpah itu membentuk gundukan yang kemudian disebut Pulau Beras Basah. Yang jelas, pulau ini berpasir putih seperti beras yang basah.

Snorkeling menjadi hal menyenangkan di sini. Syaratnya, jangan di lintasan banana boat agar tidak tertabrak. Perairan di pulau ini menyajikan padang lamun-hamparan tumbuhan yang didominasi rumput dan alang, tempat bersembunyi aneka ikan berukuran kecil.

Beberapa kerumunan ikan tampak di sana-sini, ”menggoda” untuk didekati. Dalam satu kerumunan saja, terdapat ribuan ikan kecil. Sejumlah wisatawan yang snorkeling terlihat riang menggiring kerumunan ikan-ikan ini, lalu mencoba ”membelah” mereka.

Salah satu titik untuk menyelam di perairan antara Pulau Segajah dan Beras Basah yang kini menjadi favorit wisatawan adalah gelembung abadi atau geladi. Wisatawan bisa melihat gelembung-gelembung kecil muncul dari dasar laut, dan menuju ke permukaan. ”Gelembung ini adalah gas alam,” ujar Suriansyah.

Bersantai

Lelah berenang, wisatawan bisa bersantai di gazebo-gazebo di sepanjang tepi pantai untuk memesan kopi panas atau sekadar menikmati camilan. Untuk membasuh badan, warga menyediakan air dalam kemasan jeriken. Jeriken isi 10 liter, misalnya, dibanderol Rp 10.000.

Tidak ada sumur di Beras Basah sehingga air tawar diangkut dari Bontang setiap hari. Pulau ini juga tidak boleh ditempati. Puluhan warga yang membuka warung tenda biasanya akan pulang ke Bontang pada sore hari. Meski demikian, sebagian tinggal, terutama pada akhir pekan, saat Beras Basah ”diserbu” wisatawan juga warga.

Pada akhir pekan, minimal 500 orang memadati Beras Basah dan sebagian menginap. Pulau seluas 4 hektar itu langsung penuh sesak. ”Apalagi pada hari raya atau malam Tahun Baru, bisa enggak kebagian tempat untuk duduk,” ujar Yasun, pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat Bontang.

Sama seperti Segajah, luas Pulau Beras Basah juga semakin menyusut. ”Dulu, pulau ini 8-9 kali lebih luas dari sekarang dan penuh bakau. Sekarang hanya sejengkal,” kata Suriansyah.

Untuk menjangkau Segajah dan Beras Basah, wisatawan bisa menyewa kapal motor dari Pelabuhan Tanjung Laut ataupun Bontang Kuala. Menyewa kapal motor yang bisa dimuati 10 orang dari Bontang Kuala, biayanya Rp 500.000-Rp 600.000.

Potensi Beras Basah, Segajah, dan juga alam bawah airnya bisa dikembangkan. Sayangnya, kurang tergarap secara maksimal. Sampah, misalnya, masih berserakan di Pulau Beras Basah. Papan huruf-huruf bertuliskan ”Pantai Beras Basah” juga tidak ada. Menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota Bontang untuk membenahinya. (LUKAS ADI PRASETYA / Travel Kompas



Pulau Beras Basah, Surga Liburan Berpasir Seputih Beras

Pulau Beras Basah, Surga Liburan Berpasir Seputih Beras

Berkunjung ke Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim), tak cukup jika tidak mencicipi wisata laut di Pulau Beras Basah Bontang. Pulau tersebut merupakan pulau cantik yang dipenuhi pasir putih.

Jarak antara Kota Bontang dan Pulau Beras Basah berkisar 12 kilometer dengan lama perjalanan satu jam menggunakan kapal ketinting dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang. Aktivitas yang paling digemari wisatawan adalah snorkeling dan menyelam. Sebab di sekeliling pantai dihuni terumbu karang atau koral berwarna-warni. Ada pula koral cangkokan yang sengaja ditanam oleh Pemerintah Kota Bontang.

Selain itu, banyak pula ditemukan berbagai jenis ikan hias yang berenang di sela-sela koral. Pulau tersebut dijaga oleh nelayan pencari ikan. Nelayan juga menjual air tawar bagi wisatawan yang ingin membilas badan setelah berenang.

Ada pula mercusuar yang tinggi menjulang di sisi kiri pulau. Mercusuar ini berfungsi menjadi tiang lampu yang memberi cahaya pada nelayan pada malam hari. Bagi wisatawan lokal, Pulau Beras Basah merupakan surga liburan yang paling murah dan dekat. Pantainya tenang dan berpasir warna seputih beras. Banyak pohon kelapa di sekeliling pulau. Jika beruntung, bisa langsung menikmati kelapa muda gratis. Tentu ambil sendiri kelapa yang diinginkan.

Pulau ini juga bisa dijadikan tempat pesta lampion kala tahun baru. Ombaknya yang tidak terlalu besar sangat mengundang siapa saja yang berkunjung untuk berlama-lama di dalam air. Selain itu, pemandangan bawah laut seolah bisa diintip melalui kejernihan air lautnya.

Pulau Beras Basah adalah destinasi wisata laut yang paling dekat dari Samarinda, ibu kota Kaltim. Aksesnya mudah dan paling asyik kalau ke sana beramai-ramai,” kata Frisca Dwistani Puteri, salah seorang wisatawan lokal asal Samarinda, (2/6/2015).

Pulau Beras Basah

Usut punya usut, konon kabarnya nama Pulau Beras Basah berasal dari sebuah kapal pengangkut beras yang pernah singgah di kawasan tersebut. Kapal tersebut membawa beras dari Pulau Sulawesi yang membuang seluruh isi muatannya karena takut tenggelam. Bagi warga Bontang, Pulau Beras Basah adalah tempat melarikan diri dari kebosanan Kota Bontang yang merupakan kota industri.

“Pulau Beras Basah dapat menjadi tempat rekreasi yang tepat. Setiap akhir pekan Pulau Beras Basah pasti ramai. Saya juga sering berkemah dengan teman-teman Free Diving dari Samarinda di sana,” lanjut Friska.

Jika ingin menginap di pulau tersebut, wisatawan tidak perlu khawatir. Sebab, Pemkot Kota Bontang juga membangun beberapa gazebo yang bisa ditiduri. Ada pula surau tempat ibadah, dan beberapa kios nelayan yang berjualan minuman dan makanan ringan.

“Banyak gazebo yang bisa dijadikan tempat tidur, tapi kalau saya lebih menikmati wisata dengan berkemah. Ada pula teman-teman saya yang memilih untuk tidur di atas hammock. Anginnya sepoi-sepoi, dan sangat asyik jika mengadakan pesta api unggun,” ungkap Friska seraya tersenyum.

Pohon Ulin Terbesar di Dunia Ada di Taman Nasional Kutai

Pohon Ulin Terbesar di Dunia Ada di Taman Nasional Kutai
Deru suara kendaraan yang melewati jalan Bontang-Sangatta, Kalimantan Timur, lenyap perlahan seiring langkah kaki kami yang meniti jembatan papan kayu yang membelah Taman Nasional Kutai. Pintu masuk Kawasan wisata Sangkima ini memang tepat di jalan raya provinsi yang rindang dengan pepohonan. Empat jam perjalanan dari Balikpapan yang dibumbui drama tanah longsor sempat membuat kami was-was. Namun, akhirnya kami sampai di salah satu hutan hujan tropis borneo yang masih sangat terjaga ini.

Memasuki lekuk luar Taman Nasional yang eksotis, para sahabat petualang bersiap-siap untuk mencari pohon ulin yang konon adalah terbesar di dunia!

Kami disambut Jailani, salah satu staff Taman Nasional Kutai.

“Lokasi pohon Ulin raksasa sekitar 800 meter. Tapi kalau mau, ada jalur trekking lengkap sekitar 4 kilometer, sekitar 1-2 jam saja,” ujar Jailani.

Karena sebagian besar tim terios 7 wonders agak ‘trauma’ trekking di Taman Nasional Sebangau beberapa hari sebelumnya, maka diputuskan untuk melihat kayu ulin raksasa saja, hehe.

“Hati-hati saat menginjak jembatan kayu ya, sudah agak tua soalnya,” kata Jailani saat kami mulai memasuki jalur trekking.

Kayu ulin raksasa kutai
Trekking menuju si Ulin

Suara monyet juga ikut menyambut kami dari batang-batang pohon yang tinggi. Kabarnya bekantan dan orang utan pun punya rumah disini, namun mungkin kami bertamu lain kali saja. Dendang para serangga yang entah bersembunyi di mana menyajikan merdunya orkestra alam. Ditambah gemersik dedaunan yang terkena hembusan angin, memaksa saya sekali-sekali berhenti, sekadar merentangkan tangan, sekedar menghirup udara segar.

Saat itu, saya ingin sekali seluruh hutan Kalimantan seperti ini.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, terlihat jembatan gantung yang terbentang di atas sungai kecil. Panjangnya sekitar 20-30 meter. Kami harus memastikan tangan memegang erat tali di sisi jembatan karena jembatan ini agak ‘bergoyang’. Jembatan ini sangat instagram-able, jadi pastikan foto-foto yang cantik disini. Tapi ingat, jangan terlalu banyak orang dalam satu waktu, bisa roboh nanti.
Kami melanjutkan perjalanan menembus hutan TN. Kutai, tak lama kemudian, pohon raksasa itupun terlihat.

Inilah Ulin terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Kayu nomor wahid yang paling ingin diburu oleh para penjarah liar. Kuat, tahan air, dan bentuknya yang lurus adalah syarat sempurna kayu, yang dapat dipenuhi ulin. Ulin juga dikenal dengan nama ‘Kayu Besi’.

Ulin raksasa di Taman Nasional Kutai
Ulin raksasa di Taman Nasional Kutai

Ulin ini berdiameter 2.47 meter, butuh 6-7 orang dewasa untuk memeluknya.
“Waktu tahun 1993 pohon ini ditemukan oleh petugas TN saat menemani peneliti asing,” jelas Jailani. Ia juga menjelaskan itulah awal mula kawasan wisata Sangkima ini dibuka. Luas kawasan wisata sangkima adalah 300 hektar. Namun, luas tersebut hanya satu per seribu dari total luas Taman Nasional Kutai loh!

Pohon yang punya tinggi sekitar 25 meter ini diperkirakan punya umur lebih dari satu abad. Ulin raksasa ini berdiameter 2,47 meter sehingga butuh 6-7 orang untuk memeluknya. Omong-omong, kalian gak ada yang bisa dipeluk ya? Pake peluk-peluk pohon segala. *dikeplak*

Penebangan dan penjarahan masif di Kalimantan telah membuat Ulin sebesar ini mungkin saja sudah tak ada. Ulin-ulin yang diburu sekarang pun hanyalah ulin yang kecil. Memang, harga ulin yang bisa tiga kali lipat kayu jati selalu menggoda manusia.
Apakah seluruh hutan Kalimantan dijadikan tempat wisata saja supaya tetap asri?
Entahlah.

Meniti Jembatan Gantung
Meniti Jembatan Gantung
kayu-ulin-raksasa-taman-nasional-kutai-kalimantan3
Perhentian selanjutnya : Akhirnya sampai di etape terkakhir, tim #terios7wonders siap membelah jalan Sangatta-Berau sejauh 336 km sebelum menyebrang ke Kepulauan Derawan!

Sumber : Log Viva

Bebas Visa Cara yang Pas Tarik Wisatawan

Bebas Visa Cara yang Pas Tarik Wisatawan

Wisata Bontang | Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mengatakan pariwisata Indonesia tidak dianggap di regional ASEAN.

"Kalah sama negara kecil Singapore, keok sama Malaysia, apalagi Thailand," ujar Rizal saat rakor Kementerian Pariwisata 2015 di Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/10/2015).

Menurut Rizal, kalau menjadi underdog, Indonesia mempunyai kesempatan dan semangat untuk mengalahkan 'jagoan'. Sebaliknya, kalau diunggul-unggulkan sebagai jagoan, tidak bisa berbuat banyak.

"Tapi terus terang, dalam semua pertempuran, saya justru senang diremehkan dan ditempatkan pada posisi underdog," katanya.

Rizal Ramli sepakat dengan penetapan target 2016 dengan 12 juta wisman yang akan masuk ke Indonesia itu. Angka kenaikan itu memang besar 20%, dibandingkan dengan rata-rata kenaikan turis internasiol di semua negara yang hanya 4% tahun lalu.

"Tetapi saya yakin strategi yang dibangun Menpar Arief Yahya bisa mencapai itu semua. Tahun 2019 harus double, 20 juta wisman, 3 juta tenaga kerja langsung, 7 juta tenaga kerja tak langsung," katanya.

Dia sepakat dengan Arief Yahya. Strategi Bebas Visa Kunjungan (BVK) adalah cara yang pas untuk menarik wisman ke tanah air. Sekarang sudah 90 negara, ke depan mungkin akan ditambah beberapa negara lagi.

"Prinsipnya, negara yang diberi bebas visa itu tidak terlibat dalam perdagangan narkoba dan ekspor ideologi garis keras, seperti ISIS. Ideologi yang mengajarkan kekerasan atau radikalisme, itu yang tidak akan kita bebaskan visa," kata dia.

Selain itu, Rizal menyederhanakan regulasi yacht dengan membebaskan aturan CAIT yang selama ini justru mempersulit orang untuk berlayar ke perairan Indonesia. Juga mereduksi aturan Cabotage yang mengharuskan cruise atau kapal pesiar berbendera asing menaik-turunkan penumpang ke pelabuhan di Indonesia.

"Ini paradigma lama, kalau bisa dibuat sulit, mengapa harus dipermudah? Mental itu yanhg harus direvolusi. Saya sudah minta Menkumham untuk merevisi, dan sekarang katanya mengurus dokumennya cukup 3 jam selesai," jelas dia.

Bahkan Rizal Ramli mendorong industri dan juga pemerintah untuk membangun pelabuhan untuk turis, marina untuk yacht, di berbagai tempat labuh di kepulauan Indonesia.

"Masak turis bersandarnya di pelabuhan kapal barang seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak? Pasti jauh dari kenyamanan?" ujarnya.

Dia juga sudah berbicara dengan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok soal Pulau Seribu yang belum dimanfaatkan maksimal untuk pariwisata. Great Jakarta nomor dua wisman masuk ke Indonesia setelah Bali.

"Saya sudah minta Pak Ahok untuk bikin Perda yang lebih keras, buang sampah harus ditindak tegas! Bangun Marina, buat instalasi air bersih, bandara dipanjangin, untuk destinasi wisata Jakarta. Orang berduit lebih itu suka pantai, dan itu terjawab di Pulau Seribu," ungkap dia.

Rizal juga menyesalkan hampir semua anak laki-laki yang usianya di atas 30 tahun terkena tekanan darah tinggi di Kepulauan Seribu.

"Ini tidak manusiawi lagi, mereka punya hak untuk hidup sehat di negeri ini. Mereka minum air yang sudah tercampur dengan air laut yang asin. Karena air bersih sangat terbatas," paparnya.

Tahun depan, Rizal Ramli sudah merencanakan untuk penanaman satu juta coral atau terumbu karang di Kepulauan Seribu dari berbagai lokasi di Indonesia. Sekarang ada marinir AL yang bekerja menyemaikan terumbu karang dan dibuat konblok yang diisi dengan terumbu karang.

"Kalau bisa hidup 50% saja, keindahan bawah laut Pulau Seribu akan menjadi salah satu yang terbaik di dunia," sebutnya.

Di berbagai tempat, Rizal Ramli menyebut Danau Toba yang akan dijadikan Monaco-nya Indonesia. Yang dibutuhkan adalah otoritas pengelola danau, yang tidak mudah diintervensi, termasuk oleh 7 bupati yang berada di lokasi itu. Lalu, infrastruktur jalan, dermaga, fish farming, yang membuat tidak tertata rapi dan tidak bersih, diperbaiki semua.

"Toba The Monaco, itu indah sekali. Kenapa pakai label The Monaco? Kalau pakai Toba saja, nggak ada yang kenal. Monaco itu membayangkan nyaman, aman, indah, branding itu perlu," jelasnya.

Terlepas dari semua usaha dan upaya yang dilakukan Kementerian Pariwisata, kata Rizal Ramli, yang terpenting adalah performance. Jumlah kunjungan wisman yang masuk ke tanah air.

"Sampai bulan lalu, data wisman yang masuk masih on target. Semoga sampai peak season akhir tahun ini bisa tembus target," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di tempat yang sama. [rok]
- Sources : nasional.inilah.com

Cerita Rakyat di Balik Objek Wisata Perlu Digalakkan

Cerita Rakyat di Balik Objek Wisata Perlu Digalakkan

Wisata Bontang | JAKARTA - Banyak orang pada dag dig dug karena khawatir dengan ocehan Menko Maritim, Dr Rizal Ramli, namun hal tersebut tak berlaku untuk Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Ini seperti terlihat saat Rapat Koordinasi Kemenpar yang dihelat di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta, baru-baru ini.

Mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu tak suka basa-basi dan tak suka membungkus kritik dengan kesantunan, Rizal sangat senang bisa berhadapan dengan Menpar. "Saya senang kalau diundang Arief Yahya, orang pariwisata itu senyum-senyum terus," aku pria berkacamata yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1954.

Audiens pun terkaget-kaget dan memberikan applaus panjang kepada sosok yang menjadi media darling karena ceplas-ceplosnya itu. "Saya senang dengan menteri Anda! Orangnya tenang tapi menghanyutkan. Dia tahu apa yang harus dia lakukan, dia juga tahu apa yang harus dicapai! Targetnya jelas. Saya hanya ingatkan, sehebat apapun ide dan gagasannya, tidak ada artinya kalau tidak diimplementasi," ucap Rizal.

Rizal berpesan agar program yang sudah berjalan itu terus dievaluasi, mana yang kurang, mana yang harus diperkuat. "Jangan terlalu banyak diskusi, kalau sudah operasional. Kalau hal-hal strategis, menyangkut strategi dan policy, saya senang diskusi sampai pagi. Tapi kalau sudah implementasi, saya enggak mau diskusi lagi, just do it! Jalankan dengan baik," tandasnya.

Di dalam Rakor itu, Rizal Ramli menyebut satu ide yang di pariwisata dinilai masih terlalu lemah, yakni story line atau cerita-cerita rakyat, kisah-kisah di balik objek-objek wisata yang melegenda. Cerita itu, baik yang ilmiah dan berbasis pada sejarah, arkeologi dan antropologi, ataupun yang berasal dari tradisi tutur yang kuat, sama-sama menjadi kekuatan tersendiri. Cerita itu adalah magnet yang tersembunyi. "Kita lemah di sini. Karena itu prioritas 10 destinasi saja, tolong dibuat story line-nya," sebutnya.

Menurut Rizal, hampir semua objek wisata hebat di mana saja, selalu memiliki kisah-kisah yang secara turun temurun diwariskan dan dipercaya orang. Jika digali lebih dalam, objek-objek wisata nasional juga menyimpan kekayaan berupa kisah-kisah. Itulah magnet yang tidak terlihat, tetapi kuat mempengaruhi benak orang.

"Kita tidak bisa hanya menjual pantai yang indah, laut yang cantik, hutan yang hijau lebat dengan aneka ragam binatang di dalamnya. Orang datang karena ada kekuatan dongeng, cerita, kisah, di balik keindahan objek itu," papar Rizal Ramli.

source: lifestyle.sindonews.com